Pages

Pemuda Harapan Bangsa


Ramah, sopan, pintar, pandai bergaul memiliki postur tubuh jangkung dengan tinggi badan 185 cm itulah ciri dari seorang pemuda yang bernama Gugun Gumilar. Gugun merupakan sosok pemuda harapan bangsa, sekali bertemu dengannya mungkin menghasilkan kesan yang tak akan pernah terlupakan ketika melihat sosoknya dengan senyum yang begitu hangat terlintas di wajahnya. Pemuda kelahiran Purwakarta, 20 April 1989 ini merupakan anak bungsu dari (Alm.) Bapak Tajudin Al Anshari dan Ibu Siti Maryam. Gugun terlahir dari keluarga sederhana, ia tumbuh menjadi seorang yang bersahaja, tak heran jika ia merupakan pemuda harapan bangsa.

Pemuda yang bercita-cita ingin menjadi seorang Presiden di masa datang ini mempunyai visi hidup yakni Sebuah sukses lahir bukan karena kebetulan atau keberuntungan, sebuah sukses terwujud karena diusahakan melalui target yang jelas, terarah, perencanaan yang matang, keyakinan, kerja keras, keuletan dan niat ikhlas.
Misi Hidupnya:
1. Iman dan Taqwa kepada Allah SWT
2. Pribadi yang unggul berwawasan Internasional
3. Pemimpin innovative dan kreatif untuk masa depan Agama, Nusa dan Bangsa.
4. Berbakti kepada orang tua dan masyarakat dunia.

Dengan Motto        : Bekerja, Konsisten, dan Tawakal

Pendidikan formalnya dimulai pada tahun 1995 di sebuah sekolah dasar di kampung halamannya, Purwakarta. Selama enam tahun sekolah di SD Selaawi ia selalu mendapat peringkat pertama, bahkan ia pernah menjuarai lomba cerdas cermat se-Purwakarta. Hidup dalam kesederhanaan membentuk pribadinya menjadi sosok yang mandiri. Berkat doa dari orang tua ia percaya itu merupakan salah satu kunci terbentuknya kepribadian yang matang.

Di sela- sela waktu sekolahnya, ia juga masih sempat membantu orang tuanya mengembala kambing. Sepulang sekolah pukul satu siang, ia langsung menggembala kambing-kambingnya sambil mengerjakan pekerjaan yang lainnya. Ayah dan ibunya setiap pukul empat pagi pergi untuk bertani sampai sore hari. Walaupun gugun terlahir sebagai anak bungsu dari empat bersaudara tetapi ia tak pernah dimanjakan. Ia dididik untuk bisa hidup mandiri dan bekerja keras sejak belia.

Kenangan masa kecilnya dianggap sebagai bagian kenangan terindah dari hidupnya. Bermain laying-layang, menggembala kambing, mengerjakan pekerjaan rumah, dan belajar di malam hari merupakan bagian dari keseharian masa kecilnya.

Keluarganya menanamkan prinsip kehidupan yang berbasis pada nilai agama, kesederhanaan, dan kejujuran. Almarhum sang ayah sudah mengajarinya untuk menjadi pemimpin yang tegas, jujur, dan amanah. Dan ayahnya lah yang selalu mendorong untuk menjadi seorang pemimpin masa depan bangsa agar bisa memperbaiki masyarakat, agama dan negeri ini.

Sejak duduk di bangku SD, ia sudah aktif di organisasi pramuka. Berlanjut di SMP, ia juga mengikuti kepengurusan OSIS, PMR, dan ekstrakulikuler olahraga. Selama duduk di bangku SMP, ia juga menuntut ilmu agama di pesantren modern, yaitu Pesantren Uswatun Hasanah. Disitulah ia digembleng untuk hidup disiplin. Ia diwajibkan bangun pagi pukul 03.30 untuk shalat tahajud dan kegiatan hariannya ditutup setiap pukul 22.00 untuk tidur malam. Puasa senin-kamis juga dilakukannya secara rutin.

Di masa SMP itulah  ia sudah memegang prinsip hidup untuk selalu bernai dan tegas dalam menentukan massa depannya sendiri. Selain itu, ia juga aktif mengikuti lompa pidato dan berhasil menjadi juara baik pada lomba pidato bahasa Indonesia maupun arab. Ia lebih suka belajar otodidak, menurutnya lebih mudah untuk belajar dalam keadaan tenang sehingga ia bisa lebih focus dan mendalami materi yang ada. Selama tiga tahun itu pula ia selalu menjadi juara umum di sekolahnya. Pengalaman tinggal di Pesantren Uswatun Hasanah selama tiga tahun membuatnya belajar untuk bisa mencuci baju sendiri, merawat diri sendiri, hingga menikmati saat-saat ia jatuh sakit seorang diri.

Setelah menyelesaikan sekolah di MTsN Purwakarta, ia melanjutkan pendidikannya di MAN Purwakarta. Di sela-sela kegiatan akademisnya, ia juga tergabung di kepengurusan OSIS dan ekstrakurikuler Paskibra. Mesikpun ia juga sudah sibuk mengajar di sebuah sekolah agama setiap sore dan mengajar mengaji di mesjid pada malam hari, ia tetap bisa mempertahankan posisinya sebagai tiga besar selama tiga tahun di bangku Aliyah.

Memegang kata-kata dari sang ayah agar bis selalu memanfaatkan kelebihannya untuk kepentingan orang banyak, gugun senantiasa mengembangkan dirinya dan bermanfaat bagi masyarakat. Hal itulah yang mendorong untuk bisa menjadi pemimpin masa depan.

Kemampuannya untuk terus mengembangkan diri dan meraih impian-impiannya membawanya bisa lanjut ke bangku kuliah dengan jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Sunan Gunung Djati Bandung melalui jalur PMDK. Mendapatkan pengalaman hidup di pesantren dulu membentuk ia menjadi seorang yang selalu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Ia juga tak membebani kedua orang tuanya dengan biaya mungkin. Sebisa mungkin ia membiayai kuliah dengan usahanya sendiri, meraih beasiswa dan mengajar di tengah-tengah kesibukan kuliahnya. Menurutnya, semua harus dimulai dari diri sendiri bahkan kedislipinan pun harus dibentuk dari diri sendiri.

Di tengah kesibukannya belajar di bangku kuliah, ia semakin aktif di beragam kegiatan. Membawa serta impian untuk menjadi pemimpin masa depan membuatnya berhasil menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris periode 2009-2010.

Prestasinya semakin memuncak saat ia duduk di bangku kuliah. Pada tahun 2008, ia pernah menjadi finalis lomba baca berita dalam bahasa Sunda di Bandung TV dan juara pertama lomba media pembelajaran tingkat Senat Tarbiyah UIN Bandung. Pada tahun 2009, gugun berhasil mendapatkan juara pertama lomba pidato dan juara ketiga karya ilmiah pada perayaan Dies Natalies UIN Sunan Gunung Djati Bandung serta juara ketiga pada lomba karya tulis di Senat Tarbiyah UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Tahun demi tahun yang dilaluinya dengan segudang presatsi yang gemilang. Tak heran ia mendapat beasiswa Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) departemen agama dari tahun 2007 hingga 2011. Ditambah lagi beasiswa Bank Indonesia di tahun 2009 dan beasiswa Supersemar di tahun 2010. Kesuksesan yang makin gemilang diraihnya di tahun 2011. Impiannya untuk mendapat beasiswa ke luar negeri dan melanglang buana ke beberapa negara akhirnya terwujud.

Pada tahun 2011 ia berhasil pergi ke hampir 20 negara. Ia berkesempatan menikmati kuliah selama dua bulan di Amerika melalui program SUSI (Student Exchange of the Study of the United States Institutes) di Temple University, Philadelphia, Amerika. Di tahun yang sama juga ia mendapat kesempatan mengikuti Summer School Program di University of Lisbon, Portugal. Ia sangat bersyukur bisa mendapatkan kesempatan itu. Selain itu, ia mendapat kesemapatan mengikuti beberapa forum pemuda di Malaysia, Singapura, dan Qatar. Pengalaman-pengalaman tersebut semakin membuatnya tertarik untuk belajar lebih dalam lagi mengenai politik, hubungan internasional, isu-isu di PBB seperti keragaman budaya.

Di tengah kesibukannya kuliah dan berorganisasi, ia masih menyempatkan diri untuk bekerja. Dia bekerja tidak sekedar membiayai kuliahnya tetapi juga untuk meraup lebih banyak pengalaman. Sejak tahun 2007 hingga 2011 ia menjadi kepala sekolah Madrasah Diniyah Awaliyah Hidayatul Islam. Di tahun 2009 ia menjadi asisten dosen bahasa Inggris di UIN Bandung dan UNINUS Bandung. Selain itu ia juga menjadi guru bahasa Inggris di MA Al Mursyid Bandung mulai tahun 2009 hingga 2011. Tahun 2010 ia sempat menjadi guru bahasa Inggris di SMP RSBI Cileunyi Bandung selain menjadi penerjemah bahasa Inggris juga. Selain itu, ia juga sempat menjadi guru bahasa Inggris di SMA Plus Riyadhul Jannah Subang dan guru bahasa Inggris di MAN 1 RSBI Bandung selama setahun dari tahun 2010-2011. Setelah lulus kuliah pun ia langsung mendapat rekomendasi dari rector UIN Sunan Gunung Djati Bandung untuk menjadi dosen di almamaternya.

Gugun termasuk salah satu pemuda yang bisa membagi waktunya dengan baik. Di tengah kepadatan jadwal untuk berorganisasi di dalam dan luar kampus, ia masih bisa tetap berprestasi. Ia berhasil menyandang gelar sebagai mahasiswa terbaik angkatan 2007 dengan IPK 3,90.
Ia berpendapat bahwa kesuksesan itu adalah sebuah perjalanan bukan tujuan akhir. Ada sebuah kenikmatan saat kita sedang berproses untuk menuju sesuatu. Namun, mempertahankan kesuksesan itu bukan perkara mudah.

Di awali dengan  sebuah amanah dari sang ayah untuk bisa menjadi pemimpin masa depan, dengan begitu ia ingin memantapkan impiannya menjadi seorang pemimpin masa depan. Ia rela melakukan apa saja demi impiannya bisa tercapai. Dengan kata lain melakukan disini, merupakan melakukan hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain yang mengarah ke hal yang lebih positif.

Menurutnya, salah satu kunci untuk bisa mewujudkan impiannya adalah memperluas silaturahmi, memperbanyak relasi, bahkan ia harus bisa menjaga hubungan baik dengan siapa pun. Ia memberi alasan banyak orang yang gagal menjalani hidupnya karena dia tidak memiliki tujuan hidup dan kurang pengembangan diri. Ia mempunyai prinsip dalam hidupnya yang pertama, niat karena Allah SWT. Kedua, mengawali masa depan dengan impian. Ketiga, bergabung dengan sebuah organisasi baik di dalam maupun di luar kampus. Keempat, mencoba beragam kesempatan beasiswa, relasi dan forum-forum pemuda. Kelima, memiliki kepercayaan diri yang kuat dan terukur. Keenam, membangun jejaring sosial di kalangan kampus, nasional, dan internasional. Dan yang terakhir yaitu untuk tidak menyerah dan terus mencoba.

Dalam aktivitasnya yang padat ia bisa memanaje waktunya dengan baik, hal itu di karenakan ia membagi waktunya ke dalam empat bagian. Yang pertama, memahami cirri-ciri waktu. Ya menurutnya waktu itu tidak bisa di pinjam, dan di sewa, bahkan waktu tidak bisa diganti dengan apapun. Sehingga janganlah menunda-nunda hal yang harus dilakukan saat itu juga. Kedua, mengetahui prioritas amalan. Sebagai seorang muslim laksanakan hal-hal yang wajib, hindari hal-hal yang makruh dan tinggalkan hal-hal yang berbaur haram. Sehingga kita bisa membedakan mana yang harus didahulukan dan mana yang harus disegerakan. Sehingga kita bisa memanfaatkan waktu semaksimal mungkin. Ketiga, mewaspadai perampok waktu. Perampok waktu disini merupakan istilah dari hal-hal yang menjauhkan dari yang bermanfaat. Misalnya, bermain game, handphone, menonton televisi dan lainnya.dan yang keempat, mengetahi lingkungan kita sendiri.

Kesuksesannya terjadi begitu saja banyak pengorbanan, kegagalan dan rintang lainnya yang ia hadapi untuk mencapai puncak kesuksesan. Dari kesuksesannya itu, ia bisa membangun sebuah madrasah dan taman kanak-kanak. Sejak tahun 2003sampai sekarang 2012, dan seluruh siswa/I yang bersekolah disitu tidak di pungut biaya alias gratis.

Sekitar akhir tahun 2012, ia akan berangkat ke Amerika untuk kembali berjuang untuk meraih gelar Master (S2). Jurusan yang diambilnya yaitu Religious Studies. Hal ini menjadi langkah baru baginya untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.

Dalam kesuksesannya di masa depan tidak mungkin dia menjalaninya sendirian, pasti ia mempunyai seorang pendamping hidup. Dan dia mengatakan, dia akan menikah pada usianya yang ke 27 setelah pulang dari Amerika dan ketika ia mempunyai rumah dan mobil sendiri.

Related Post



Posting Komentar